Pandemi Covid-19 yang melanda secara global ini telah menyebabkan aktivitas sebagian besar industri terus menurun. Meski demikian, banyak juga industri yang dapat melihat dan memanfaatkan peluang serta kesempatan sehingga dapat berhasil tumbuh di masa krisis ini.
Hal tersebut disampaikan Founder & Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya pada webinar Post-Normal Agenda: 2021 & Beyond. Menurutnya, apapun kondisi yang dialami,
baik tumbuh positif maupun negatif, setiap industri atau bisnis harus bersiap menghadapi masa paska pandemi atau post Covid-19. Terutama, pada kuartal IV-2020 dan lebih jauh lagi pada tahun 2021.
Hermawan mengungkapkan, perlunya menetapkan rencana yang diaktualisasikan saat ini. Terutama, pada kuartal IV tahun 2020. “Inilah momentum tepat untuk merealisasikan rencana yang sudah dibuat dari kuartal dua dan tiga," paparnya.
Hermawan juga mengatakan, agar bisnis dapat bertahan dan tumbuh, kuncinya cukup dua strategi, yaitu near cash 2020 dan near future 2021. Near cash artinya memaksimalkan pendapatan (revenue), terutama di kuartal IV-2020. Hal tersebut akan menjadi amunisi pada strategi near future pada 2021 yang harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk bangkit kembali paska Covid-19.
Jadi, lanjutnya, memaksimalkan pemasukan atau pendapatan di akhir tahun ini. Kemudian, mencari kesempatan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, saat memasuki tahun 2021 atau near future, sudah memiliki modal untuk rebound. “Harus digas dan jangan ikut pesimis, selalu optimis," ujarnya.
Hermawan juga melihat adanya dua perbedaan mendasar pada tahun 2020 dan 2021. Pada tahun 2020 ketika pandemi mulai merebak, masyarakat lebih memiliki perasaan takut (fear).
Namun padad 2021, masyarakat justru akan lebih memiliki harapan (hope), yakni bahwa di masa depan pandemi mulai perlahan hilang dan semua aspek termasuk ekonomi membaik.
Perbedaan lainnya, kata Hemawan, adalah pada tahun 2020 pemerintah banyak menggelontorkan bantuan termasuk untuk pengusaha. Supply side pun banyak di dorong agar bisnis lokal tidak mati. Sementara pada tahun 2021 harus mulai pemulihan dengan meningkatkan demand side.
Hermawan melihat peluang tersebut karena diprediksi masyarakat akan mulai membelanjakan uang mereka kembali atau ada peningkatan consumer spending. Termasuk tahun 2020 yang disebut masa resesi, Hermawan yakin pada 2021 akan mulai rebound. Dengan begitu, masyarakat yang tadinya pesimis di 2020 akan mulai optimis memasuki 2021.
"Ini yang harus jadi peluang. Di masa fear, bisnis masker melonjak, karena ketakutan masyarakat akan pandemi dilihat sebagai kesempatan. Nah, pada 2021 jual produk yang bernilai optimis, yang menunjukan harapan," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, pada tahun 2020 yang serba digital, mulai dari produk, jasa, sampai pertemuan kantoran, akan kembali beranjak offline. Platform online tidak akan hilang, namun masyarakat akan menggabungkannya dengan offline.
Satu hal lagi yang akan menjadi pembeda adalah market atau pasar yang mengalami deglobalisasi. Bila sebelum krisis perputaran produk dan jasa bisa sampai ke pasar yang luas termasuk ke luar negeri, kini menjelang 2021 akan lebih banyak pengusaha fokus kepada pasar lokal. Pandemi tidak akan selesai pada 31 Desember 2020, tapi harus yakin etiap pergantian tahun akan disambut optimis. “Ingat kuncinya, near cash dan near future,"katanya.