Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, menekankan pentingnya perhatian Presiden RI Prabowo Subianto terhadap isu penurunan kelas menengah.
Dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Indef dengan tema "Ekonomi Politik Kabinet Prabowo-Gibran" di Jakarta, Selasa, Aviliani menyatakan bahwa masalah ini harus menjadi prioritas utama.
Menurutnya, salah satu isu yang perlu diperhatikan adalah kondisi pekerja di sektor informal. Ia berpendapat bahwa pemerintah tidak hanya harus fokus pada transisi pekerja informal ke sektor formal, tetapi juga memastikan mereka mendapatkan pendapatan yang layak.
"Kelompok miskin dan rentan biasanya menghabiskan lebih dari 64 persen pendapatannya untuk makanan, sehingga penting untuk meningkatkan pendapatan mereka agar dapat membeli kebutuhan lainnya," ujarnya.
Aviliani juga menyoroti rencana pembangunan tiga juta rumah dalam setahun yang diajukan oleh pemerintahan Prabowo. Menurutnya, insentif untuk perumahan telah menjadi salah satu cara untuk mendukung kelas menengah sejak era pemerintahan Joko Widodo.
"Pertanyaannya, apakah calon pembeli tersebut memiliki kemampuan untuk mencicil? Mungkin yang dianggap backlog tiga juta rumah sebenarnya adalah orang-orang yang tidak mampu membeli," jelasnya.
Untuk mengatasi berbagai tantangan ini, Aviliani meminta pemerintah untuk memastikan adanya kesempatan kerja bagi masyarakat. Dengan digitalisasi yang meningkatkan efisiensi dan banyak perusahaan yang tutup akibat dampak COVID-19, peluang kerja semakin berkurang.
Ia mencatat bahwa munculnya wirausaha baru juga tergolong rendah, dengan kredit dari sektor mikro, kecil, dan menengah (UMKM) cenderung didominasi oleh orang yang sama, menandakan lambatnya pertumbuhan wirausaha baru. Ini menjadi salah satu tantangan utama yang harus dihadapi oleh Kementerian UKM.
“Ini adalah pekerjaan rumah yang perlu menjadi perhatian di awal pemerintahan,” tambahnya.