Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor Indonesia pada April 2022 sebesar US$19,76 miliar atau turun 10,01 persen dibandingkan Maret 2022. Utamanya, hal itu disebabkan dari impor non migas sebesar 13,65 persen.
Akan tetapi, jika dibandingkan secara tahunan atau year on year (yoy) impor tumbuh 21,97 persen.
"Impor migas April 2022 senilai US$3,81 miliar, naik 9,21 persen dibandingkan nilai impor Maret 2022. Atau naik 88,48 persen dibandingkan nilai impor April 2021," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam telekonferensi, Selasa 17 Mei 2022.
Adapun untuk impor non migas April 2022 senilai US$15,95 miliar secara month to month (mtm), turun 13,65 persen. Dibandingkan impor secara yoy yang naik 12,47.
Margo mengatakan, penurunan impor non migas golongan barang terbesar ada pada mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya, sebesar US$483,4 juta atau 17,68 persen. Dan peningkatan terbesar ada di golongan sayuran sebesar US$63,6 juta atau 111,83 persen.
Sementara untuk negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–April 2022 terdiri dari tiga negara. Di mana pertama Tiongkok sebesar US$20,90 miliar (32,58 persen), Jepang US$5,63 miliar (8,77 persen), dan Thailand sebesar US$4,01 miliar (6,24 persen).
"Impor nonmigas dari ASEAN yaitu sebesar US$11,42 miliar (17,81 persen) dan Uni Eropa sebesar US$3,63 miliar (5,66 persen)," jelasnya.
Margo menjelaskan, jika berdasarkan golongan penggunaan barang periode Januari–April 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya. Telah terjadi peningkatan pada barang konsumsi yaitu sebesar US$548,8 juta, bahan baku dan penolong sebesar US$14.102,9 juta, serta barang modal sebesar US$2.337,4 juta.
"Neraca perdagangan Indonesia April 2022 mengalami surplus US$7,56 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar US$9,94 miliar. Sementara di sektor migas terjadi defisit US$2,38 miliar," terangnya.