Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan beberapa strategi untuk mendorong investasi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Salah satunya adalah pemberian insentif dan fasilitasi yang disesuaikan dengan karakteristik sektor dan daerah, terutama untuk investasi yang bernilai tambah tinggi, seperti industrialisasi dan hilirisasi.
Menurutnya, insentif investasi tidak akan bersifat universal, melainkan akan difokuskan pada sektor-sektor yang dapat menciptakan nilai tambah yang signifikan. Prioritas akan diberikan pada investasi yang dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian, menciptakan lapangan kerja, berhubungan dengan proses industri dalam negeri dan UMKM, berorientasi ekspor, terintegrasi dalam rantai pasokan global, serta mendukung transfer teknologi, riset, inovasi, dan prinsip keberlanjutan.
Selanjutnya, strategi kedua adalah mengembangkan investasi berdasarkan keunggulan setiap daerah, dengan memperkuat hubungan antara sektor hulu dan hilir untuk menciptakan nilai tambah serta memperkuat rantai pasokan domestik. Kebijakan moneter dan sektor keuangan juga perlu disesuaikan agar lebih adaptif, dengan menyediakan berbagai pilihan sumber pendanaan bagi investor, baik melalui perbankan, pasar modal, maupun instrumen keuangan lainnya.
Ketiga, penting untuk meningkatkan iklim investasi dan usaha dengan menjamin kepastian kebijakan dan hukum, menyinkronkan kebijakan antara pusat dan daerah, serta menyediakan infrastruktur dan konektivitas yang memadai. Hal ini juga mencakup ketersediaan bahan baku, SDM, energi hijau, dan persaingan usaha yang sehat.
Terakhir, Bappenas menekankan pentingnya investasi dari pemerintah dan BUMN/BUMD yang berfokus pada sektor publik dan pemenuhan kebutuhan dasar untuk menarik lebih banyak investasi. Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, diperkirakan dibutuhkan rata-rata investasi sebesar Rp9.883 triliun per tahun dari tahun 2025 hingga 2029, dengan kontribusi terbesar datang dari sektor swasta.
Dalam rencana jangka panjang, ada fokus besar pada peningkatan investasi di sektor industrialisasi dan hilirisasi, terutama pada 15 komoditas utama. Selain itu, investasi yang berorientasi ekspor diharapkan akan mencapai sekitar Rp440,9-Rp483,5 triliun dari PMA pada 2029, serta kontribusi investasi luar Jawa yang diharapkan melampaui 51,5 persen dari total investasi pada 2023.***