PAGARBISNIS.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa perekonomian global masih diliputi oleh ketidakpastian, terutama karena adanya potensi resesi di Amerika Serikat (AS).
Perekonomian AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan yang mengarah pada risiko resesi, ditambah lagi dengan ekspektasi bahwa Bank Sentral AS, The Fed, akan menunda penurunan suku bunga acuannya.
"Dengan munculnya data tenaga kerja di AS yang memicu prediksi resesi, dan reaksi pasar yang sangat fluktuatif karena berharap penurunan Fed Fund Rate, bahkan ada spekulasi tentang kemungkinan pertemuan darurat sebelum September. Namun, itu belum terjadi, menunjukkan betapa cepatnya psikologi pasar berubah berdasarkan data yang diterbitkan dan dampaknya sangat signifikan," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta.
Saat ini, The Fed masih mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,25-5,50 persen. Dengan suku bunga yang masih tinggi dan sedikit kenaikan tingkat pengangguran AS menjadi 4,0 persen, ada kekhawatiran bahwa ekonomi AS mungkin mengalami "hard landing."
Sri Mulyani menjelaskan bahwa volatilitas ekonomi domestik AS menjadi salah satu faktor utama yang memperpanjang ketidakpastian ekonomi global.
Menurut laporan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS, pada Mei 2024, para pemberi kerja AS menambahkan 272.000 pekerjaan, yang lebih tinggi dari perkiraan. Meskipun demikian, tingkat pengangguran sedikit naik menjadi 4,0 persen.
"Dengan data pasar tenaga kerja yang agak melemah, ada kekhawatiran bahwa ekonomi AS akan mengalami 'hard landing.' Hal ini terjadi minggu lalu dan menjelaskan volatilitas besar dalam ekonomi AS yang memberikan dampak global," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga menyoroti bahwa selain AS, Eropa dan China juga sedang mengalami pemulihan ekonomi yang masih lemah dan rentan. Pertumbuhan ekonomi China melemah di tengah krisis sektor properti dan ketegangan perdagangan dengan AS.
Sementara itu, eskalasi konflik di Timur Tengah serta perang antara Rusia dan Ukraina semakin memperburuk pelemahan pertumbuhan ekonomi global.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 yang mencapai 5,05 persen secara tahunan (year on year/yoy) masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lain, seperti China, Korea Selatan, dan Singapura.
Pertumbuhan ekonomi China tercatat 4,7 persen (yoy), Singapura 2,9 persen, Korea Selatan 2,3 persen, dan Meksiko 2,24 persen.***