LPEM FEB UI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 akan mencapai 4,75 persen - 4,95 persen. Bahkan, sepanjang tahun 2022, ekonomi akan tumbuh 4,90 persen - 5,10 persen.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky menjelaskan, kuartal I 2022 masih menunjukkan pertumbuhan aktivitas ekonomi saat Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan domestik dan mancanegara.
"Pertumbuhan PDB di triwulan-I 2022 diestimasi berkisar 4,85 persen (estimasi dari 4,75 persen hingga 4,95 persen). Terlepas dari berbagai tantangan, kami masih berpandangan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2022 akan kembali ke level pra-pandemi di kisaran 5 persen," papar Teuku dalam siaran pers, Jumat (6/5/2022).
Teuku mengungkapkan, terlepas dari disrupsi akibat varian Omicron, ekonomi menunjukkan performa neraca perdagangan yang bagus di kuartal I 2022, saat volume perdagangan global tengah menurun sebagai imbas sanksi oleh negara-negara Uni Eropa dan AS sebagai buntut perang Rusia-Ukraina.
Lonjakan harga kata Teuku, mendorong dampak positif terhadap keseluruhan neraca dagang Indonesia. Tercatat hingga tiga bulan pertama tahun 2022, neraca perdagangan sudah surplus 9,33 miliar dollar AS.
"Surplus tersebut lebih tinggi 20 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Surplus ini didorong oleh harga komoditas, terutama batubara dan CPO," ucap Teuku.
Teuku mengungkapkan, kombinasi surplus perdagangan dan adanya arus modal masuk mendorong stabilnya nilai tukar rupiah.
Di sisi lain dia tidak memungkiri, kombinasi dari tekanan internal dan eksternal kenaikan harga komoditas telah memicu risiko inflasi di tengah pemulihan ekonomi.
Faktor pull dari permintaan telah mendorong naiknya daya beli seiring meningkatnya aktivitas produksi, mobilitas masyarakat, dan pecahnya pent-up demand. Faktor push dari peningkatan harga bahan baku menekan daya beli masyarakat.
"Walaupun belum termaterialisasi di angka inflasi sejauh ini, tekanan inflasi sudah terlihat dari kedua faktor tersebut," bebernya.
Kendati demikian, pemulihan ekonomi tetap terjadi lantaran beberapa sektor unggulan perekonomian Indonesia, seperti manufaktur, perdagangan besar dan eceran, dan pertanian sudah tumbuh pesat di akhir 2021. Artinya, ada perbaikan dalam aktivitas produksi, permintaan rumah tangga, dan daya beli masyarakat.
Selanjutnya, dua sektor yang paling terdampak selama pandemi, yaitu transportasi dan pergudangan, serta akomodasi dan makanan minuman, juga mengalami pertumbuhan tinggi di kuartal akhir 2021 akibat penanganan pandemi yang baik.
Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen konsumsi rumah tangga juga mencatatkan pertumbuhan yang positif dalam tiga bulan terakhir di tahun lalu.
"Berkontribusi terhadap lebih dari setengah perekonomian Indonesia, konsumsi tumbuh sebesar 3,55 persen (yoy) dan pengeluaran pemerintah meningkat sebesar 5,25 persen (yoy) di kuartal IV 2021 sebagai hasil dari percepatan realisasi belanja negara," tandas Teuku.