Peningkatan porsi penyaluran kredit perbankan untuk sektor UMKM bisa mempercepat pemulihan ekonomi. Pasalna, hal itu langsung memberikan efek ganda meningkatkan aktivitas ekonomi dan menyerap lapangan kerja.
"Mendorong perbankan agar memperbesar porsi kredit UMKM menjadi salah satu solusi yang dapat dengan cepat berimplikasi pada pemulihan ekonomi. Perputaran bisnis UMKM relatif bisa dengan cepat menaikkan produksi dan langsung bersentuhan dengan penyerapan tenaga kerja," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto dalam keterangannya di Jakarta.
Di tengah daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, ditandai dengan permintaan produk UMKM masih terbatas., menggerakkan ekonomi di level UMKM menjadi pilihan utama.
Ia menjelaskan secara nasional total kredit perbankan untuk UMKM masih sangat rendah atau baru sebesar 19,68 persen dari total kredit perbankan nasional.
Selain dengan menaikkan pagu penyaluran kredit, ia juga menilai perlu kebijakan insentif dari perbankan ke UMKM dalam bentuk pendampingan untuk mendorong UMKM ke level yang layak didanai perbankan.
"Jika mereka (UMKM) tidak dibimbing maka sangat mungkin usahanya akan selalu kecil atau bahkan jadi sasaran berbagai bentuk pembiayaan nonformal ilegal yang saat ini mengepung mereka," katanya.
Pemerintah sesungguhnya telah mendorong bank-bank pelat merah menaikkan pagu kredit UMKM. Namun, hanya Bank BRI yang menyanggupi hal tersebut dengan menargetkan penyaluran kredit UMKM hingga 85 persen.
Hingga akhir Maret 2021 penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp 914,19 triliun, yang ditopang pertumbuhan kredit mikro sebesar Rp 360,03 triliun atau tumbuh 12,43 persen (year on year) dan kredit konsumer tumbuh 1,62 persen (yoy) menjadi Rp145,06 triliun.