Loading...

Kolaborasi Jadi Strategi Utama Tingkatkan Perdagangan ASEAN

 

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menegaskan bahwa kolaborasi adalah kunci utama dalam mengoptimalkan perdagangan di kawasan ASEAN. Menurutnya, dalam era yang semakin saling bergantung ini, tidak ada negara yang bisa berjalan sendiri. Oleh karena itu, fokus harus diberikan pada perdagangan regional, khususnya di Asia Tenggara melalui ASEAN.

"Kolaborasi menjadi sangat penting karena kita hidup di era saling ketergantungan antar negara. Kita tidak bisa berdiri sendiri, dan perdagangan yang harus dimaksimalkan adalah yang terdekat dengan kita, yaitu di kawasan Asia Tenggara. Melalui ASEAN, kita bisa mengoptimalkan potensi besar yang ada," jelas Jerry dalam Forum Bisnis Infrastruktur Wilayah Sungai Mekong di sela-sela Trade Expo Indonesia 2024 di Tangerang, Banten.

Jerry juga melihat bahwa kolaborasi tidak hanya terbatas pada negara-negara di wilayah Mekong, tetapi bisa lebih luas, mencakup hubungan perdagangan regional dan global. Ia mencatat bahwa Indonesia telah mencapai surplus perdagangan nonmigas dengan negara-negara di wilayah Mekong sebesar 456 juta dolar AS, dengan tren pertumbuhan perdagangan yang meningkat 9,14 persen antara 2019 hingga 2023.

Beberapa komoditas unggulan yang diperdagangkan dengan negara-negara di wilayah Mekong meliputi batu bara, tembaga, minyak sawit, sepeda motor, dan rokok. Forum tersebut diharapkan mampu membuka lebih banyak peluang kerjasama perdagangan dan investasi, terutama di sektor infrastruktur, energi, dan makanan.

"Sebagai bagian dari ASEAN, Indonesia dan negara-negara di wilayah Mekong telah menjalankan perdagangan yang signifikan. Banyak produk potensial seperti batubara dan crude palm oil (CPO) yang diperdagangkan. Namun, yang paling penting adalah terus memperkuat kolaborasi di antara kita," tambahnya.

Selain itu, Wamendag juga menginformasikan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen pada kuartal kedua 2024, dengan inflasi tercatat sebesar 2,1 persen pada Agustus 2024. Dari Januari hingga Agustus 2024, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 18,85 miliar dolar AS.