Loading...

Kendalikan Inflasi Pangan di Jawa Perlu Dukungan Digitalisasi

 

PAGARBISNIS.COM -  Bank Indonesia dan Pemerintah terus berupaya mengendalikan inflasi meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti alih fungsi lahan yang semakin meningkat, anomali cuaca akibat La Nina, ketidakseimbangan rantai pasok, serta risiko-risiko global lainnya.

Sebagai respon, mereka meluncurkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk wilayah Jawa pada tahun 2024, dengan menekankan pentingnya digitalisasi. Program unggulan dalam gerakan ini termasuk pengenalan aplikasi Sistem Pemantauan Pasokan dan Harga Pangan untuk Jawa yang Terkendali (SENOPATI) dan dashboard Sistem Pengelolaan Transaksi Keuangan untuk Badan Usaha Milik Petani/Daerah (BUMD/BUMP) bernama SEMAR.

Aplikasi SENOPATI bertujuan untuk memperkuat konektivitas data dan informasi, sehingga produksi dan harga pangan dapat dipantau secara real-time. Sementara itu, aplikasi SEMAR difokuskan pada pengelolaan keuangan petani yang lebih optimal dan peningkatan efektivitas dalam rantai pasok komoditas pangan.

Kedua aplikasi ini dirancang untuk memperkuat manajemen usaha tani oleh BUMD dan BUMP, mengoptimalkan Kerjasama Antar Daerah (KAD), serta mendukung hilirisasi pangan.

Dalam acara GNPIP di Semarang dengan tema "Memperkuat Sinergi Pengendalian Inflasi guna Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas," Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, Doni P. Joewono, yang diwakili oleh Kepala Departemen Regional Bank Indonesia, Arief Hartawan, menyampaikan bahwa Jawa memainkan peran strategis sebagai pusat utama produksi pangan nasional, termasuk beras, aneka cabai, dan bawang merah.

 Walaupun inflasi tahunan di Jawa pada Juli 2024 berada pada 2,10% (yoy), lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 2,13% (yoy) dan masih dalam target 2,5±1% (yoy), tantangan berupa penurunan luas lahan serta anomali cuaca di Jawa tetap perlu mendapatkan perhatian khusus.

Menurut data dari BPS, penurunan luas lahan pertanian di Indonesia mencapai sekitar 238 ribu hektar, dengan 60% dari penurunan ini terjadi di Jawa. Hal ini menegaskan pentingnya sinergi dan pemanfaatan data terintegrasi seperti yang dihasilkan oleh aplikasi SENOPATI dan SEMAR untuk memetakan lahan potensial, menyusun strategi hilirisasi yang kuat, serta menjaga keseimbangan pasokan untuk memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan.***