Loading...

Kadin Dorong Kemitraan Dagang Baru agar Produk Garmen RI Dapat Tarif Rendah di AS

Kadin Dorong Kemitraan Dagang Baru agar Produk Garmen RI Dapat Tarif Rendah di AS

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tengah mendorong terbentuknya skema kerja sama dagang baru antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), yang memungkinkan produk garmen asal Indonesia dikenakan tarif bea masuk serendah mungkin, bahkan hingga mendekati nol persen.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menjelaskan bahwa pihaknya sedang mengkaji potensi kerja sama dengan National Cotton Council (NCC) dari AS. Dalam skema tersebut, jika Indonesia mengimpor bahan baku berupa kapas dari AS dan mengolahnya menjadi produk garmen, lalu mengekspornya kembali ke pasar Amerika, maka produk tersebut bisa memperoleh tarif masuk yang sangat rendah.

"Harapannya, jika kita menggunakan kapas asal AS lalu menjadikannya produk jadi di sini, ekspornya kembali ke Amerika bisa dikenakan tarif yang seminimal mungkin, bahkan kalau bisa nol persen," ujar Anindya, yang akrab disapa Anin, dalam pernyataannya di Jakarta, Sabtu.

Anin mengungkapkan bahwa dalam kunjungannya ke Washington, D.C., ia telah berdialog langsung dengan Wakil Presiden NCC AS, Robbie Minnich. Dalam pertemuan tersebut, Kadin meminta agar NCC mempertimbangkan usulan ini dan turut serta melobi pemerintah AS, dalam hal ini melalui United States Trade Representative (USTR), guna mendukung skema yang diajukan.

Ia menambahkan bahwa hubungan bilateral Indonesia dan AS yang terjalin cukup baik menjadi peluang besar untuk memperkuat kerja sama ini, terutama dalam meningkatkan daya saing industri garmen nasional di pasar global.

Meski menyadari bahwa kapas asal AS bersaing ketat dengan pasokan dari negara lain seperti Tiongkok dan Brasil, Anin tetap yakin bahwa peluang untuk menjalin kerja sama strategis ini tetap terbuka lebar.

"Pertemuan tersebut berlangsung produktif dan fokus pada isu tarif. Kami percaya, dengan kolaborasi yang baik, pasti akan ditemukan jalan keluar," ungkapnya.

Menurut data, saat ini nilai ekspor Indonesia mencapai sekitar 2 miliar dolar AS per bulan. Dengan terjalinnya skema dagang yang lebih seimbang, Anin meyakini potensi ekspor untuk produk seperti tekstil, alas kaki, dan barang elektronik akan semakin meningkat.

"Kami ingin memastikan bahwa jika kita menggunakan kapas dari AS, mereka juga bisa mendukung agar produk garmen kita mendapatkan tarif masuk yang sangat rendah. Hal ini tentu akan meningkatkan daya saing dan penjualan produk kita di pasar Amerika," ujarnya.

Lebih jauh, Anin menyatakan bahwa skema tersebut tidak hanya akan menguntungkan perusahaan, tapi juga membuka banyak peluang kerja dan meningkatkan kesejahteraan para pelaku industri tekstil dan garmen di Indonesia.

"Jika ini bisa terwujud, manfaatnya akan sangat besar, baik untuk pengusaha maupun jutaan pekerja di sektor tekstil dan garmen tanah air," pungkasnya.

 

Ilustrasi: Pexels