Kepala Ekonom PermataBank, Josua Pardede, mengungkapkan bahwa kepercayaan investor global terhadap stabilitas ekonomi dan fiskal Indonesia tetap tinggi.
Hal ini terbukti dari kemampuan Indonesia dalam menarik investasi asing dalam jumlah besar, mencapai sekitar 875 juta dolar AS sejak awal 2025 hingga pertengahan Maret 2025.
"Secara keseluruhan, investasi asing yang masuk ke Indonesia masih signifikan, mencapai sekitar 875 juta dolar AS dalam periode tersebut. Ini mencerminkan tingginya kepercayaan terhadap pengelolaan fiskal Indonesia," ujar Josua dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Ia sejalan dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menegaskan bahwa Surat Utang Negara (SUN) Indonesia memiliki daya tarik yang kompetitif, menunjukkan kepercayaan pasar terhadap pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Beberapa indikator utama mendukung hal ini. Pertama, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tetap stabil dan bersaing meskipun menghadapi gejolak global. SUN dengan tenor 10 tahun, misalnya, masih menunjukkan daya saing yang baik, yang mencerminkan persepsi pasar bahwa risiko investasi di Indonesia tetap terkendali di tengah dinamika ekonomi global.
"Terutama jika dibandingkan dengan obligasi negara dari pasar negara berkembang lainnya," jelas Josua.
Kedua, kestabilan yield tersebut ditopang oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada 2024, yang didorong oleh konsumsi domestik yang solid, inflasi yang tetap terkendali meskipun sempat mengalami deflasi 0,09 persen (yoy), serta kinerja positif sektor manufaktur dan perdagangan.
"Kondisi ekonomi yang tangguh ini menjadi dasar bagi investor dalam menilai risiko dan potensi investasi di Indonesia," tambah Josua.
Ketiga, minat investor global terhadap SUN juga tercermin dalam surplus neraca pembayaran tahun 2024 yang mencapai 7,2 miliar dolar AS, didukung oleh masuknya aliran modal asing (capital inflow) ke SBN yang mencapai 3,18 miliar dolar AS sepanjang tahun tersebut.
Selain itu, tingginya ketertarikan investor terhadap SUN terlihat dari hasil lelang SBN pada 18 Maret 2025, yang berhasil menarik penawaran sebesar Rp61,76 triliun dengan rasio bid-to-cover yang cukup baik.
"Ini menunjukkan tingkat kepercayaan investor, baik domestik maupun internasional, terhadap kebijakan fiskal dan prospek ekonomi Indonesia," lanjut Josua.
Ia juga menekankan bahwa yield yang diperoleh dalam lelang tersebut masih kompetitif, yang menunjukkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas dan kredibilitas pengelolaan fiskal Indonesia.
Selain itu, disiplin dalam pengelolaan APBN tercermin dari surplus keseimbangan primer sebesar Rp48,1 triliun di awal 2025, serta efisiensi belanja negara yang dilakukan secara selektif tanpa mengurangi anggaran prioritas seperti perlindungan sosial, pendidikan, dan kesehatan.
"Ini mencerminkan kebijakan fiskal yang disiplin dan memberikan sinyal positif bagi investor, yang semakin memperkuat keyakinan mereka terhadap tata kelola keuangan negara," kata Josua.
Berdasarkan berbagai indikator tersebut, ia menyimpulkan bahwa pernyataan Sri Mulyani mengenai daya tarik SUN yang kompetitif dan mencerminkan kepercayaan terhadap pengelolaan APBN dapat dibuktikan dengan data ekonomi dan fiskal terkini.
Sebelumnya, Sri Mulyani menyatakan bahwa hasil lelang SUN pada 18 Maret 2025 menunjukkan kinerja yang sangat baik, meskipun pasar saham tengah bergejolak.
Dalam lelang tersebut, pemerintah menetapkan target indikatif sebesar Rp26 triliun, sementara total penawaran yang masuk mencapai Rp61,75 triliun atau 2,38 kali dari target awal.
"Besarnya jumlah penawaran yang masuk mencerminkan kepercayaan investor terhadap pemerintah dan APBN," ujar Sri Mulyani.
Selain itu, ia juga melaporkan perkembangan penerimaan pajak per Maret 2025 setelah mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut.
"Pertumbuhan penerimaan pajak mencapai 6,6 persen, lebih baik dibandingkan akhir Februari yang masih negatif 3,8 persen. Selama periode 1-17 Maret 2025, terjadi pembalikan (turn around) dari posisi negatif menjadi positif 6,6 persen," jelasnya.
Di sisi lain, Presiden Prabowo Subianto menggelar pertemuan dengan para anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), termasuk Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Rabu, 19 Maret 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Prabowo meminta kementerian dan DEN untuk menyiapkan langkah-langkah deregulasi di sektor padat karya, terutama untuk mendukung industri dalam negeri seperti tekstil.