Inflasi pada September 2022 diperkirakan mencapai 0,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), dengan penyumbang utama kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menjelaskan, perkiraan tersebut berasal dari Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu kedua September 2022.
Komoditas utama penyumbang inflasi September 2022 sampai dengan minggu kedua yaitu bensin sebesar 0,66 persen (mtm) dan telur ayam ras sebesar 0,03 persen (mtm).
Kemudian, ada pula harga beras dan tarif angkutan dalam kota yang masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen (mtm), serta tarif angkutan antar kota, rokok kretek filter dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, ia mengungkapkan komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu kedua September 2022 yaitu bawang merah sebesar 0,06 persen (mtm) dan minyak goreng sebesar 0,03 persen (mtm).
Komoditas lainnya yang menyumbang deflasi adalah cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta tarif angkutan udara sebesar 0,01 persen (mtm).
BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Sebelumnya, pemerintah menaikkan harga Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, solar subsidi dari Rp5.150 per liter jadi Rp6.800 per liter, Pertamax nonsubsidi naik dari Rp12.500 jadi Rp14.500 per liter berlaku mulai 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.