Loading...

Industri Jamu Harus Bisa Bersaing di Pasar Global

Industri Jamu Harus Bisa Bersaing di Pasar Global

Industri jamu harus terus mengembangkan berbagai produknya sehingga mampu bersaing di pasar luar negeri. Terlebih, pandemi Covid-19 ini telah mengubah perilaku konsumen menjadi lebih sadar kesehatan.

“Kita dapat mengubah momentum krisis ini menjadi lompatan kesempatan,” papar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto pada acara webinar yang digelar oleh Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu).

Agus mengatakan, pasar global jamu modern bisa mencapai Asia, Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Serikat. Hal ini juga untuk mendukung keberadaan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) jamu.

Menurut Agus, jamu merupakan salah satu keunggulan lokal yang berpotensi besar baik di pasar domestik maupun luar negeri. Apalagi  pandemi Covid-19 ini telah menggeser perilaku dan pola konsumsi masyarakat dunia ke arah yang semakin sadar kesehatan. Maka potensi jamu di masa depan bisa lebih menjulang.

Kemudian, lanjutnya, dri sisi peningkatan akses pasar, baik ekspor maupun dalam negeri, pelaku usaha jamu dapat menggencarkan pola distribusi omnichannel yang menggabungkan kekuatan saluran distribusi daring seperti marketplace, media sosial, dan situs web, dengan saluran distribusi luring yang konvensional.

Agus menjelaskan, industri dalam negeri dapat mencontoh kejelian industri jamu dalam melihat peluang ekspor di tengah pandemi. Pihaknya mengapresiasi inisiatif GP Jamu yang melihat peluang jamu di masa pandemi sebagai produk herbal asli Indonesia untuk diekspor ke mancanegara.

“Peran GP Jamu akan membantu gerak ekonomi dan perdagangan Indonesia. Di saat bersamaan, menjaga masyarakat tetap sehat melalui konsumsi jamu”.

Agus juga mengatakan, industri jamu Indonesia mampu menghadapi tantangan. Industri jamu memiliki peran penting dalam perekonomian nasional dengan menyediakan lapangan kerja untuk tiga juta tenaga kerja.

Tahun lalu, industri ini tumbuh 6 persen atau berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, dengan bahan baku yang kurang lebih 90 persen berasal dari dalam negeri, industri jamu dinilai akan memberikan multiplier effect signifikan dalam pertumbuhan perekonomian mulai dari sektor hulu hingga hilir.

Menurut Agus, di tengah pandemi Covid-19, sejumlah sektor mampu bertahan dari pandemi. Misal industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 8,65 persen pada kuartal kedua 2020, jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.