Loading...

Empat Tantangan Digitalisasi bagi UMKM

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki empat tantangan dalam digitalisasi, yakni literasi digital kualitas produk, kapasitas produksi, dan akses pasar.

"Terlebih saat ini dari 64 juta pelaku UMKM di tanah air, sebanyak 20,2 juta di antaranya sudah masuk ke dalam ekosistem digital, sedangkan 40 juta lainnya masih terus didorong untuk segera onboarding," ujar Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari dalam Talk Show bertajuk "Pemanfaatan dan Penggunaan Uang Elektronik dalam Lingkup Kegiatan Usaha UMKM" yang menjadi rangkaian Future SMEs Village sebagai side event gelaran presidensi G20 Indonesia di Bali Collection, Nusa Dua, Bali, lewat keterangan resmi, Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut, tantangan lain dari UMKM adalah keberlanjutan dari UMKM. Berdasarkan data survei yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM bersama salah satu platform e-commerce, succes rate UMKM masuk e-commerce hanya sebesar empat persen.

"Jadi dari 1.000 yang didampingi (oleh e-commerce), hanya 400 yang buka akun, dari 400 hanya 40 yang berhasil transaksi pertama, padahal seharusnya isunya adalah adanya repeat order," kata Fiki.

Sebagai salah satu platform layanan keuangan digital dalam negeri, Fiki mengharapkan LinkAja mampu menjadi mitra strategis pemerintah untuk program digitalisasi UMKM.

"LinkAja juga harus membantu UMKM agar tidak hanya terhubung dengan produk-produk digital seperti agen platform besar, tetapi juga bisa membantu menjual produk digitalnya, seperti NFT (Non-fungible token) salah satunya," ucapnya.

Kemenkop disebut mendorong pelaku UMKM tanah air untuk mampu memaksimalkan sistem pembayaran elektronik pada berbagai platform, sebagai salah satu upaya dalam menjawab tantangan transformasi digital.

Dalam mendefinisikan UMKM digital, terdapat tujuh pendekatan yang bisa diberikan, yakni akses pasar, akses bahan baku, back office, logistik, kapasitas dan kualitas, serta pembayaran digital.

"Uang elektronik sebetulnya bukan hanya menjadi alat transaksi, tetapi lebih dari itu, juga bisa dijadikan sebagai alat tracing terkait dengan perputaran usahanya," ungkap dia.

Pada kesempatan yang sama, Chief Marketing Officer LinkAja Muhammad Rendi Nugraha menyampaikan bahwa pihaknya memperoleh dukungan dari pemerintah untuk mengupayakan UMKM bertransaksi secara digital dengan menekankan dua tindakan.

Pertama ialah menyediakan transaksi digital melalui kerja sama dengan Bank Indonesia untuk memperkenalkan payment elektronik berupa QRIS di offline store UMKM. Adapun poin kedua adalah bekerja sama dengan Kemenkop dalam memberikan edukasi kepada UMKM, terutama pada literasi digital dengan pelatihan, webinar, site visit untuk menerangkan apa kelebihan transaksi digital.

Rendi turut menegaskan akan terus konsisten dalam memberikan dukungan kepada UMKM, bahkan siap untuk menjadi katalis uang elektronik yang akan terlibat jauh dalam mendorong UMKM naik kelas.