Loading...

Dampak Covid-19, 3 Strategi Percepat Upaya Pemulihan Ekonomi

Dampak Covid-19, 3 Strategi Percepat Upaya Pemulihan Ekonomi

 

Wabah virus corona atau Covid-19 telah menyebabkan berbagai dampak terhadap ekonomi Indonesia, di antaranya pertumbuhan ekonomi menurun, pengangguran dan kemiskinan juga meningkat. Karena itu, pemerintah perlu segera menyusun strategi, program atau kebijakan untuk pemulihan perekonomian. 

ada webinar Kajian Ekonomi HIPMI #4 beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto  menjelaskan, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk memulihkan kembali perekonomian, tidak lepas dari pertimbangan sektor kesehatan, ekonomi, sosial dan keuangan. 

Adapun upaya pertama yang dilakukan pemerintah adalah melakukan program exit strategy, berupa pembukaan ekonomi secara bertahap. Langkah kedua, strategi pemulihan ekonomi nasional. Lalu program ketiga adalah melakukan reset dan transformasi ekonomi. 

Menurut Airlangga, penting dilakukan reset karena sejumlah aspek ekonomi anjlok pada angka minus sehingga perlu ditingkatkan kembali ke 0. Selanjutnya, ditransformasikan sehingga kembali berkembang positif. 

Menko Perekonomian juga mengatakan, pandemi ini menyebabkan tekanan pada ekonomi dari sisi permintaan dan penawaran. Seluruh indikator ekonomi menunjukkan sinyal terjadinya pelemahan ekonomi. Pada situasi yang belum normal ini, perlu pengertian yang seragam bahwa kondisi sekarang ini serupa dengan 215 negara lainnya. Mayoritas negara di dunia berada dalam fase minus. Wabah ini juga berefek besar pada beragam unsur perekonomian. Inilah yang membedakan dengan krisis pada 1998 dan 2008. 

Meski demikian, lanjut Airlangga, negara kita memiliki resiliensi yang lebih kuat dibandingkan negara-negara lain. Negara yang terbilang relatif positif secara ekonomi di antaranya Cina, India, dan Indonesia. Di sisi lain, perekonomian Indonesia pada 2020 diperkirakan masih berada di jalur positif. Berdasarkan informasi IMF akan tumbuh sekitar 0.5%. Sedangkan, berdasarkan proyeksi World Bank dinilai tak tumbuh atau 0%. 

Pada kuartal pertama, Indonesia masih positif. Namun, pada kuartal kedua disertai penerapan PSBB, Indonesia masuk dalam jalur minus sekitar -3%. Para kuartal I 2020, sektor konsumsi (demand) pertumbuhan turun, biasanya di atas 5% (5.3% pada kuartal I 2019), kini menjadi 2.7%.   

Selanjutnya, Kemudian investasi tumbuh 1.7%. Kemudian, konsumsi pemerintah masih mendukung dalam bentuk belanja negara melalui anggaran, yaitu tumbuh sekitar 3.7%.

Kemudian, dari sektor dunia usaha (supply), bidang manufaktur berada pada posisi 2.1?n perdagangan 1.6%, pertanian di 0%.  Perrtanian harus menjadi perhatian agar kembali dapat menopang ketika ekonomi seperti sekarang ini. 

Pada Juni-Juli ini terjadi panen raya sehingga bidang pertanian diharapkan dapat membuat kuartal ketiga 2020 tak menurun, apalagi juga memasuki tatanan kebiasan baru. Untuk pemulihan karena pandemi ini tidak selesai hingga akhir 2020, namun bisa bergeser hingga 2021 bahkan 2022.

 

Meski begitu, kata Airlangga, pemerintah telah menyusun strategi defisit anggaran dan berupaya mengembalikannya pada 2023. Maka Indonesia memiliki ruang untuk melakukan stimulus fiskal atau pembiayaan. 

Selanjutnya, dari sektor ekspor impor, neraca ekspor mengalami penurunan. Bidang industri pengolahan yang mampu menahan penurunan tersebut. “Dari sektor impor, komsumsi juga dalam kondisi menurun, bahan baku menurun, capital menurun, investasi turun dan peluang lapangan kerja terbatas juga,” jelas Menko Perekonomian. 

Kemudian, dari sektor penerimaan pajak sektoral, sektor pertambangan, transportasi, konstruksi dan real estate, perdagangan, manufaktur, serta keuangan juga mengalami penurunan. Bila sektor keuangan terdampak pandemi, maka perlu upaya-upaya koordinasi yang cepat antara pemerintah beserta Bank Indonesia dan OJK. 

Airlangga juga menyebutkan, ada berbagai bidang yang terdampak pandemi, akan tetapi mulai ada pembalikan arah seiring pembukaan ekonomi, misalnya otomotif dan distribusi bahan bangunan. Meski mengalami penurunan, tetapi menunjukkan sinyal membaik dan positif. (hil)