Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha kecil Menengah (LLP-KUKM) atau Smesco Indonesia sukses meraih kinerja positif di akhir 2023 dan berharap pertumbuhan positif tersebut bisa berlanjut di tahun 2024.
“Kami menyiapkan sejumlah rencana dan strategi agar dapat memberikan layanan promosi dan pemasaran UKM Indonesia dengan lebih optimal,” kata Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata dalam keterangan resminya di Jakarta.
Ia mengatakan, pengembangan Smesco menjadi tujuan utama agar bisa menjadi trading arm Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) dengan berbagai fasilitas yang dihadirkan bisa dinikmati UKM.
“Setelah sebelumnya dua tahun pada 2018-2019 posisinya defisit, pendapatan minus, terutama saat pandemi, kami bangga dan senang kinerja surplus terjadi di tahun 2023. Bisa melakukan hal yang lebih progresif dan agresif, dan didukung oleh kerja keras semua pihak,” kata Leonard.
Leonard mengungkapkan, surplus performance Smesco terutama dikontribusi dari pengelolaan aset sebagai sumber revenue. Selain itu, Smesco juga mulai memetakan titik-titik baru sumber revenue, seperti kerja sama dengan berbagai pihak. Mulai dari Kementerian/Lembaga (K/L), Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), hingga perusahaan swasta.
Leonard menambahkan, catatan pertumbuhan terjadi, salah satunya dari program kerja sama dengan Skyeats yang merupakan kitchen integrated pemberi layanan sistem pengawetan untuk makanan produk UKM. Mereka membantu agar bahan makanan UKM lebih awet ketika dipasarkan di suhu ruang hingga 12 bulan. Di mana tujuannya, juga untuk memudahkan produk makanan tersebut masuk ke pasar modern.
“Kami memberikan layanan tersebut kepada UKM dengan tarif yang terjangkau. Diharapkan akan lebih banyak lagi UKM yang bergabung dalam Skyeats, di mana saat ini masih terdapat sekitar 50 UKM yang tergabung,” ucap Leonard.
Bersama Skyeats, sambungnya, akan dilakukan diskusi terkait keinginan ekspansi untuk memperbanyak fasilitas. Kerja sama Skyeats dan Smesco merupakan perwujudan dari salah satu program KemenKopUKM yaitu factory sharing.
Selanjutnya, Leonard juga menguraikan terkait strategi ekspor yang akan dilakukan Smesco. Ekspor oleh Smesco, dipandang sangat perlu dalam upaya menangkap peluang ekonomi yang ada. Kali ini, rencanan ekspor salah satunya yang telah dilakukan Smesco bersama Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di luar negeri, dengan menciptakan program Duta Ekspor, bekerja sama dengan PPI dan Diaspora.
“Sudah ada mapping dan pembicaraan kami dengan perwakilan PPI di Jepang, Timur Tengah (Timteng), Eropa, dan Amerika Serikat (AS) mereka sangat antusias. Dan kami juga menyiapkan serta mengkurasi produk-produk yang akan dipromosikan nantinya,” kata Leonard.
Smesco juga berencana membuat trade show, yang membidik pasar atau buyer dari luar negeri dalam mengekspor produk dan merek Indonesia. Sebab katanya, dalam mendorong ekspor, diperlukan pameran berskala internasional agar industri berkembang, sehingga bukan hanya sekadar marketing.
Saat ini, Smesco bersama KemenKopUKM juga fokus dengan pengembangan Smesco Hub Timur di Sanur, Bali, yang menjadi pengembangan produk Indonesia untuk meraih pasar global. “Kami ingin membuat produk UKM inklusif sekaligus ekslusif. Fasilitas Smesco Hub Timur ini sangat memadai menjadi showcase bagi produk wellness, beauty maupun F&B yang mendukung narasi Pemerintah,” katanya.
Tak hanya itu, Smesco juga menyiapkan strategi dengan membentuk Startup Hub tahun ini. Sesuai arahan Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki dengan membuat Startup Hub yang direplikasi di Smesco.
“Bedanya dengan sektor swasta, Startup Hub yang akan kami bentuk harus bisa menggalang kekuatan multistakeholder. Lebih banyak mengoordinasikan kekuatan startup untuk tumbuh, yang sudah ada dikembangkan, menghasilkan performance tinggi secara finansial dan model bisnis,” ucap Leonard.
Dikatakannya, startup yang didorong bukan hanya mereka yang unggul secara teknologi, tetapi juga Tech Enabled yang kuat di sektor riil alias lebih banyak startup di sektor produksi. Indonesia kata Leonard, membutuhkan penguatan ekonomi di sektor riil dari hulu ke hilir, agar tak kalah bersaingan dengan market global.
Bahkan dalam mewujudkan hal tersebut, Leonard mengatakan Smesco Indonesia sudah melakukan kunjungan ke Singapura. Di mana sebesar 60 persen investasi startup Indonesia terbesar masuk dari Singapura.
“Kerja sama dengan mereka (Modal Ventura asal Singapura) harus didukung, karena investasi sangat dibutuhkan, agar startup lebih bertumbuh kembang dan UKM diberdayakan. Bukan hanya sekadar berdiri lalu hilang,” kata Leonard.***