PAGARBISNIS.COM - Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Scenaider Clasein Hasudungan Siahaan, menguraikan tantangan utama yang dihadapi dalam pembangunan Indonesia.
Dalam Rapat Kerja Komite IV DPD RI yang diselenggarakan secara virtual pada hari Senin, Scenaider menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama adalah tren penurunan pendapatan disposable income (pendapatan yang bisa dibelanjakan) masyarakat.
Menurut data dari BPS, pendapatan disposable mencerminkan jumlah pendapatan yang tersedia untuk konsumsi setelah dikurangi pajak. Meski pendapatan disposable menunjukkan peningkatan, secara riil daya beli masyarakat justru mengalami penurunan, yang disebabkan oleh inflasi dan berbagai ketidakpastian global, seperti pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina, serta meningkatnya biaya hidup.
Hingga tahun 2023, proporsi pendapatan disposable terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita berada di angka 72,7 persen. Namun, sebagian besar penduduk Indonesia masih bekerja di sektor-sektor yang kurang produktif. Data Februari 2024 menunjukkan bahwa 18,9 juta orang bekerja di sektor manufaktur, 40,7 juta di pertanian, dan 71,3 juta di sektor jasa.
Selain itu, terdapat 36,8 juta orang yang bekerja paruh waktu, 12,1 juta orang setengah menganggur, dan 93,3 juta orang bekerja penuh.
Upah di sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja cenderung berada di bawah rata-rata nasional sebesar Rp3,04 juta, dengan industri pengolahan dan konstruksi masing-masing sebesar Rp3,03 juta dan Rp2,95 juta, serta sektor pertanian dan jasa akomodasi masing-masing sebesar Rp2,24 juta.
Tantangan lainnya adalah produktivitas Indonesia yang relatif rendah di semua sektor dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan, terutama di sektor jasa dan industri. Scenaider menekankan perlunya upaya untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi dan Indeks Pembangunan Ekonomi Berbasis Produk di Indonesia.
Bappenas telah merumuskan beberapa strategi untuk menghadapi tantangan ini, termasuk hilirisasi produk untuk mengolah bahan mentah menjadi produk setengah jadi atau produk jadi, peningkatan pengetahuan produktif untuk menghasilkan produk baru, serta diversifikasi ke produk berinovasi tinggi dan berteknologi menengah-tinggi.***